Sedekah, Sederhana Bahagia

(Rumah Amal Salman, Bandung) - Ketika seseorang diajukan sebuah pertanyaan tentang “Apa yang dapat membuatnya bahagia?”, tentu jawabannya akan bervariasi. Kebahagiaan itu mungkin bisa karena faktor penghasilannya yang besar, punya gadget baru, berprestasi dalam hal akademik, hidup mandiri, membantu orang tua, atau bahkan sekadar bisa tidur pulas, seseorang boleh jadi telah merasa bahagia.

Dalam hal ini, emosi cukup memainkan peran penting dalam menentukan cara berpikir dan berperilaku seseorang untuk mengambil sebuah keputusan. Emosi juga membantu seseorang untuk bisa bertahan hidup, menghindari bahaya, termasuk mampu berempati dengan kondisi orang lain. Di Islam sendiri, berempati dengan kondisi orang lain dapat ditindaklanjuti dengan cara bersedekah.  

Sebuah penelitian dari Harvard Business School menuliskan, kebiasaan bersedekah dapat membentuk sebuah lingkaran yang saling terhubung. Seseorang yang bersedekah akan merasa hidupnya lebih bahagia dan ketika seseorang ini merasa bahagia, mereka mampu memberikan lebih banyak lagi keinginan untuk memberi manfaat. Bahkan, keinginan ini dapat berubah menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi.  

Di sisi lain, berbeda dengan zakat yang bersifat wajib (zakat fitrah dan zakat maal - ketika sudah mencapai haul dan nishab), sedekah yang selalu disandingkan dengan infak ini merupakan ibadah yang memerlukan kesadaran lebih untuk berbagi terhadap sesama. Oleh karenanya, para amilin (petugas urusan harta dalam Islam) juga tidak bisa meminta secara paksa sedekah atas setiap orang. Hanya memang ada poin plus ketika seseorang telah menyadari bahwa harta yang ada pada dirinya terdapat hak orang lain yang harus dikeluarkan.  

Lagipula, harta yang kita bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan, secara perhitungan matematis dari Allah, harta mereka tidak pernah berkurang. Tidak ada sejarahnya seseorang yang gemar bersedekah lantas mereka berubah menjadi miskin. Coba saja tengok, bagaimana Abu Bakar As-Shiddiq yang tetap kaya raya meskipun seluruh hartanya disedekahkan untuk kebutuhan Islam. Bisa kita bayangkan bagaimana zuhudnya beliau. Sebagai catatan, tentu kebahagiaan yang didapat dari bersedekah jangan sampai menyakiti para penerimanya. 

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia itidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apapun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir.” (QS.Al Baqarah [2]: 264)

Sahabat, sebagai tambahan, lagi-lagi sedekah tidak hanya berbicara tentang uang-uang, kebendaan, atau hal materil lainnya. Sedekah satu akar kata dengan Shiddiqin, yang artinya membenarkan. Bersedekah berarti membenarkan ayat-ayat Allah, baik yang bersifat ayat qauliyah (Ayat Allah yang tertulis dalam Al Qur’an) ataupun kauniah (ayat Allah yang tertulis di alam semesta).

---

Rekening Sedekah
BNI Syariah
633 633 6367 (infak)
a.n Rumah Amal Salman

Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu bisa mengambil hikmah dan mampu mengaplikasikannya menjadi amal shalih. 

Jaga kesehatannya sahabat. ๐Ÿ™๐Ÿ˜Š

Bagikan :

Bagikan

Berita Lainnya