Pilu Mantan Aktivis HMI Kehilangan Anak dan Tak Kunjung Bertemu

(Rumah Amal Salman, Bandung) - Sahabat Amal, Muhammad Husni (59 tahun) berangkat dari Yogya ke Bandung dengan maksud ingin bertemu putri semata wayangnya. Bermodalkan uang Rp 800.000 awalnya ia pergi ke Ciamis menuju rumah mantan istrinya untuk bertemu anaknya. Namun tidak diduga ia mendapat kabar bahwa anak dan mantan istrinya sudah pindah ke Bandung. Husni berniat untuk bertolak ke Bandung namun naas ia kehilangan dompet. Alhasil perjalanannya terhenti sementara karena tidak ada modal.

Di Ciamis, ia mendapat bantuan biaya perjalanan dari Dinsos Kabupaten Ciamis dan kemudian bisa melanjutkan perjalanan ke Bandung. Dengan modal yang hanya cukup untuk satu kali perjalanan ia berharap bisa bertemu dengan anaknya di Bandung. Monica Permatasari begitu ia menyebutnya, berharap di usia senjanya bisa bertemu kembali dengan putri tercintanya. "Saya ingin sebelum saya tutup usia, saya bisa bertemu kembali dengan anak saya".

Sesampainya di Bandung, ternyata takdir belum bisa mempertemukan Husni dengan anaknya karena alamat belum bisa ditemukan. Lelah mencari dan habisnya bekal, Husni akhirnya memutuskan untuk menyudahi pencarian tersebut dan kembali pulang ke Yogya.

Hal tersebut yang menjadi alasan ia meminta bantuan ke Rumah Amal Salman untuk meminta biaya perjalanan pulang ke Yogya. Mendengar cerita Husni sebelumnya, lantas Rumah Amal memfasilitasi dengan mengantarkan langsung Husni ke terminal Cicaheum.

Diantar Muhayan Idris, Kepala Layanan Dasar Rumah Amal Salman, dalam perjalanan Husni banyak bercerita terkait keseharian dan masa lalunya. Husni merupakan seorang pedagang angkringan di Jl. Biro Brajan Yogya, warga sekitar akrab memanggilnya dengan sebutan Mbah Husni. Mbah Husni sehari-hari berjualan dari pukul 8 malam sampai 4 pagi menjajakan makanan khas angkringan Yogya dengan pelanggan rata-rata adalah anak kuliahan.

Semasa muda Husni merupakan aktivis HMI dan sempat kuliah di UII jurusan Teknologi Tekstil angkatan 79/80. Semasa di HMI ia mengaku kenal dengan Fajroel Rahman yang saat ini menjabat sebagai duta besar Indonesia untuk Kazakhstan. Husni berada satu tingkat di atas Fajroel dan sempat mengkader beliau semasa di HMI serta bersama-sama menjadi aktivis reformasi kala itu.

Beberapa tokoh terkenal yang merupakan mantan aktivis reformasi di Indonesia juga mengenal Husni dan sempat bersama-sama patungan mengumpulkan dana untuk kebutuhan sekolah anaknya.

Muhayan menilai, nasib Mbah Husni mungkin tidak seberuntung teman-teman sesama mantan aktivis reformasi seperti yang disebutkan di atas. Tapi ia melihat, Husni bisa menjadi pribadi yang tangguh dan mempunyai idealisme yang tinggi.

“Mbah Husni seorang pribadi yang tangguh, idealismenya tinggi, dan ia juga berwawasan luas, semoga kelak bisa bertemu dengan anaknya,” pungkas Muhayan. ***

Bagikan :

Bagikan

Berita Lainnya