Nabi Yunus Ditegur Karena "Berhenti" Mendakwahkan Kebaikan

(Rumah Amal Salman, Bandung) - Sahabat Amal, sejatinya mendakwahkan kebaikan tidak boleh sampai berhenti. Bahkan Nabi Yunus pun mendapatkan teguran dari Allah dengan ditelannya oleh ikan besar.

Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim". Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. (Qs. Al-Anbiya : 87-88)

Nabi Yunus termasuk nabi dari keturunan Bani Israil. Allah subhanahu wa ta’ala mengutusnya kepada penduduk negeri Ninawa di Mosul (Irak). Beliau menyeru kaumnya untuk kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala, namun mereka menolaknya. Nabi Yunus tidak berputus asa, selalu berusaha dan terus berusaha mendakwahi mereka, namun mereka tetap menolak. Kemudian Nabi Yunus mengancam dengan azab dan pergi meninggalkan mereka dalam keadaan marah.

Berkata Ibnu Mas’ud, Mujahid, Said bin Jubair, Qatadah dan beberapa ulama salaf dan khalaf : Setelah Nabi Yunus keluar dari negeri kaumnya, dan kaumnya melihat permulaan azab yang diancamkan kepada mereka, lalu Allah Swt mengilhamkan ke hati mereka untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya sehingga mereka menyesal dan menangisi dosa-dosa mereka. Ibnu Abbas mengatakan bahwa jumlah mereka 130.000 orang, sedang menurut penuturan Said bin Jubair 170.000 orang.

Nabi Yunus meninggalkan mereka menuju pantai. Sesampainya di laut, Nabi Yunus naik ke kapal yang sudah penuh dengan penumpang dan barang. Sampai di tengah lautan, kapal tersebut mulai memperlihatkan tanda-tanda akan tenggelam. Saat itu hanya ada dua pilihan, mereka tetap bersama-sama di atas kapal tapi tenggelam semua, atau satu per satu dilemparkan ke laut sekadar meringankan muatan kapal dan menyelamatkan yang lain. Akhirnya diputuskan untuk memilih yang kedua. Mulailah diundi siapa yang akan dilemparkan ke laut. Termasuk dalam undian itu adalah Nabi Yunus. Allah subhanahu wa ta’ala mengatakan,

“Lalu dia termasuk orang-orang yang kalah.” (ash-Shaffat: 141)

Yakni, Nabi Yunus kalah dalam undian tersebut. Mereka pun melemparnya ke laut dan kemudian ditelan bulat-bulat oleh seekor ikan dari dalam laut. Di dalam kegelapan perut ikan itu, beliau berdoa,

“Tidak ada Ilah melainkan Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” (al-Anbiya: 87)

Maka terdengarlah seruan itu oleh Dzat Yang Maha Mengetahui segala rahasia, Dzat Yang Maha Mengangkat madarat dan ujian, Dzat Yang Maha Mendengar suara selemah apa pun, Dzat Yang Maha Mengetahui perkara samar walau sekecil apa pun, Dzat Yang Maha Mengabulkan permohonan meskipun besar,

Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kesdihan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman ” (QS al-Anbiyâ : 88).

Andai bukan karena tasbih dan taubatnya kepada Allah, niscaya ia sudah hancur dalam perut ikan, dan tinggal menunggu hari kebangkitan,

Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit ” (QS Ash-Shaffat:143-144).

Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan ikan tersebut melemparkannya ke tanah yang tandus. Nabi Yunus keluar dari perut ikan seperti anak burung yang keluar dari sebutir telur, betul-betul dalam keadaan sangat lemah. Allah subhanahu wa ta’ala mengasihani beliau dengan menumbuhkan untuknya sebuah pohon dari jenis labu, dan menaunginya hingga menjadi kuat. (Sumber : Qashashul Anbiya karya Imam Ibnu Katsir, Cetakan Darul Hadits Kairo Mesir)

Bagikan :

Bagikan

Berita Lainnya