Mush’ab bin Umair, Pemuda yang Menjual Kekayaan Demi Akhirat

(Rumah Amal Salman, Bandung) – Sahabat Amal, pemuda merupakan kaum yang  memiliki semangat, idealisme, serta kreatifas dalam menciptakan berbagai ide dan gagasan. Sumpah Pemuda yang diperingati pada tanggal 28 Oktober di setiap tahunnya menjadi simbol betapa peran pemuda sangat berpengaruh dan bisa membantu mewujudkan bahkan meningkatkan kualitas hidup sebuah bangsa.

Di zaman Rasulullah, ada seorang pemuda yang menjadi wasilah tegaknya Pemerintahan Islam di Kota Madinah. Adalah Mush’ab bin Umair, seorang pemuda yang tampan dan kaya raya. Ia dilahirkan di masa jahiliyah, 14 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Karena hidup di masa jahiliyah, jauh sebelum Mush’ab diutus menjadi duta Islam, ia merupakan seorang yang besar di lingkungan penyembah berhala, pecandu khamr, hingga penggemar pesta dan nyanyian.

Mush’ab dari awal memang bukan orang yang neko-neko, meski seorang kaya, ia tidak bersikap berlebihan. Hingga ketika masa kenabian tiba, mendengar nama Muhammad SAW dengan sendirinya ia mendatangi Rasulullah di rumah Al Arqam dan menyatakan keimanannya. Mush’ab memang tidak seperti pemuda jahiliyah umumnya, ia merasakan keresahan sehingga tidak ragu untuk menyatakan keimanan dan memeluk Islam.

Meski begitu, Mush’ab menjalankan keislamannya sembari sembunyi-sembunyi dari keluarganya. Namun takdir berkata lain, keislaman Mush’ab diketahui oleh Ibunya. Ketika itu, ibunya sangat kecewa, lantas mengancam dirinya mogok maka hingga Mush’ab kembali kepada agamanya terdahulu.  

Namun Mush’ab tidak beranjak dari keislamannya, hingga akhirnya ia ditangkap dan dikurung oleh keluarganya. Mush’ab yang dulu terurus makannya dan terurus pakaiannya harus mengalami luka-luka sebab kerap mendapat siksaan dari ibunya. Tidak ada lagi Mush’ab yang tampan, berkulit halus, bahkan yang memiliki parfum khas dengan segala fasilitas, setelah memeluk Islam hidupnya serba terbatas.

Zubair bin Awwam mengatakan, "Suatu ketika Rasulullah SAW sedang duduk dengan para sahabatnya di Masjid Quba. Lalu muncullah Mush'ab bin Umair dengan kain burdah (jenis kain yang kasar) yang tidak menutupi tubuhnya secara utuh. Orang-orang itu pun menunduk. Lalu Mush'ab mendekat dan mengucapkan salam. Mereka menjawab salamnya. Lalu Nabi memuji dan mengatakan hal yang baik-baik tentangnya."

"Dan beliau bersabda, 'Sungguh aku melihat Mush'ab tatkala bersama kedua orang tuanya di Mekah. Keduanya memuliakan Mush'ab dan memberinya berbagai macam fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda-pemuda Quraisy yang semisal dengan dirinya. Setelah itu, ia tinggalkan semua itu demi menggapai ridha Allah SWT dan menolong Rasul-nya." (HR. Hakim No. 6640).

Mushab ibn Umar dengan gagah berani berjihad sebagai pejuang Islam yang luar biasa. Mushab ibn Umair ditunjuk sebagai pembawa panji bendera kaum muslimin di Perang Uhud. Tatkala barisan kaum muslimin kocar-kacir, Mushab tetap bertahan. Tebasan pedang mengena tangannya dan akhirnya terputus satu tangan dan kemudian tangan yang kedua kena tebasan pedang sehingga genap keduanya terputus. Tetapi dengan kedua pangkal lengan panji bendera tetap didekap sebelum akhirnya anak panah menembus dadanya dan akhirnya Mushab ibn Umair sahid.

Setelah perang usai para sahabat mendapatkan jasad Mushab yang masih membungkuk dan akhirnya atas perintah Rasulullah saw jasadnya diminta untuk dikafani, tetapi para sahabat mendapatinya tidak ada kain kafan yang cukup kecuali hanya untuk sebagian angota tubuhnya. Jika kepalanya ditutup, kedua kakinya tersingkap, dan jika kakiknya ditutup, kepalanya tersingkap. Wallahu a’lam bis shawab. ***

Bagikan :

Bagikan

Berita Lainnya