(Rumah Amal Salman, Bandung) – Sahabat Amal, bersedekah dengan harta yang kita cintai adalah tindakan yang berat, mengingat sifat manusia yang cenderung sangat mencintai harta dan enggan mengeluarkannya. Hal ini tercermin dalam firman Allah Ta’ala, "Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan." (QS. Al-Fajr: 20), yang dijelaskan oleh Ibnu Katsir sebagai kecenderungan manusia untuk mencintai harta dalam jumlah banyak. Dalam ayat lain, Allah berfirman, "Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta." (QS. Al-‘Adiyat: 8).
Tafsiran ini menunjukkan bahwa manusia sangat cinta pada harta dan cenderung tamak serta pelit dalam memilikinya.
Kisah Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu adalah contoh teladan dalam bersedekah dengan harta yang paling dicintai. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa Abu Thalhah adalah salah satu orang Anshar yang memiliki banyak kebun kurma di Madinah, dengan kebun Bairaha' sebagai yang paling ia cintai. Kebun tersebut terkenal karena berada di depan masjid dan airnya yang enak pernah diminum oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika turun ayat, "Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai." (QS. Ali Imran: 92), Abu Thalhah segera bertindak.
Ia menghadap Rasulullah dan menyatakan niatnya untuk mewakafkan kebun Bairaha', karena mengharap pahala dari Allah dan simpanan di akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengapresiasi tindakan tersebut dan menyarankan agar kebun itu disedekahkan kepada kerabatnya. Abu Thalhah pun membagikan kebunnya kepada kerabat dan sepupu-sepupunya, menunjukkan bahwa amal kebaikan dan kebajikan yang sempurna dicapai dengan mengorbankan sesuatu yang sangat kita cintai.
Kisah ini menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk bersedekah dengan harta yang dicintai, karena tindakan seperti itu mencerminkan pengorbanan yang tulus dan mengharapkan ridha Allah. ***