Beberapa hari yang lalu Tim Rumah Amal Salman menemani aktivitas "narik" angkot bersama Bapak Somadi (60 thn) yang memiliki 4 tanggungan keluarga. Beliau tinggal di Kecamatan Coblong, Bandung. Sekitar 2 kali menyusuri rute angkot kalapa-dago, kami menyaksikan sendiri bagaimana kondisi jalan dan jumlah penumpang yang ada.
"Pak, rencana sehari biasanya berapa putaran?"
"4-5 kali Nak"
"Kalau selama wabah ini bagaimana Pak?"
"Paling 2 kali aja Nak kalau minggu-minggu ini (Pagi & Sore). Siang hari sebelum dan setelah dhuhur tidak ada orang yang naik angkot Nak. Semua orang sudah sampai ke tempat kerja. hanya waktu pagi ketika orang akan masuk jam kerja dan waktu sore karena jam pulang kerja."
"satu kali putaran berapa biaya bensin berapa Pak?"
"20 ribu Nak"
Selama perjalanan, tim kami mendapati ada total 5 orang penumpang selama satu putaran pertama dan kemudian ada 3 penumpang untuk putaran ke dua di sore hari. Total pendapatan Bapak Somadi saat itu adalah Rp. 29.000,00 dengan biaya bensin Rp. 20.000,00. Ada sisa Rp. 9.000,00 yang akan dibawa pulang oleh Bapak Somadi.
"Pak, apa harapan Bapak kepada pemerintah atau orang yang memiliki kelebihan harta?"
"Bapak gak minta apapun Nak, Bapak hanya ingin taat aturan, mungkin kalau ke pemerintah ada subsidi ya, kalau dari orang-orang yang punya lebih harta, mudah-mudahan bisa berbagi di kondisi yang seperti ini"
"Gimana Pak cara Bapak memenuhi kebutuhan sehari-hari bila seperti ini kondisinya?"
"Bapak Pasrah aja Nak, pokoknya di rumah anak-anak dan istri bisa makan seadanya, Bapak bisa puasa."
Kami melihat Bapak Somadi masih bisa tersenyum dan semangat bekerja di tengah kondisi saat ini, yang tidak bisa mencari nafkah kalau tidak keluar rumah. Beliau memberi kita pelajaran bahwa selalu ada harapan di setiap kondisi terburuk. Harapan itu kami tuliskan kepada sahabat saat ini.