Kisah Nabi Ayub dan Kesabarannya yang Luar Biasa

(Rumah Amal Salman, Bandung) - Sahabat Amal, kisah Nabi Ayub adalah cerita tentang kesabaran menghadapi ujian panjang berupa penyakit, harta, istri, anak, orang-orang terkasih. Nabi Ayub ‘alaihissalam adalah seorang hamba yang saleh sekaligus nabi yang terkenal kesabarannya.

Pada mulanya Nabi Ayub seorang yang sehat bugar, kaya raya, memiliki keluarga dan banyak keturunan. Kemudian Allah mengujinya dengan mengambil semua kenikmatan-kenikmatannya. Meski melewati sederet ujian panjang, beliau senantiasa bersabar, tetap mengharap pahala, senantiasa memuji Allah dan bersyukur, tak pernah mengeluh, tak pernah resah dan gelisah, apalagi gundah dan marah, hingga Allah kembali memberikan jalan kesembuhan atas penyakit yang dideritanya, mengembalikan semua harta dan anak-anaknya, dan mengeluarkannya dari berbagai kemelut serta keterpurukan.  

Rasulullah Saw bersabda, “Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian selanjutnya adalah orang-orang sholih, kemudian yang dibawahnya, kemudian yang dibawahnya lagi. Dalam sabdanya yang lain, “Seseorang itu diuji tergantung kualitas agamanya, seandainya agamanya bagus maka akan ditambah ujiannya ”. (Hr. ad-Darimi, Ahmad, al-Hakim dan Ibnu Abi Dunya)

Berapa lamakah Nabi Ayub ‘alaihissalam bersabar menghadapi ujian? Salah satu hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Anas ibn Malik, sebagaimana disebutkan Ibnu Abi Hatim dan Jarir, mengisahkan:

Sesungguhnya Nabiyullah Ayub ‘alaihissalam berada dalam ujiannya selama delapan belas tahun. Baik keluarga dekat maupun keluarga jauh menolaknya kecuali dua orang laki-laki dari saudara-saudaranya. Kedua saudara itulah yang selalu memberinya makan dan menemuinya.”  

Menuju kesembuhannya, Allah menurunkan wahyu untuk Nabi Ayub agar menghentakkan kakinya yang lemah ke tanah. Tiba-tiba dari tempat kakinya, muncullah sumur air. Kemudian, Allah memerintahnya mandi dan meminum air tersebut. Kisah kesembuhannya itu dilansir dalam Al-Quran, Dan ingatlah kepada hamba Kami Ayyub ketika menyeru Tuhan-nya,

Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan.” (Allah berfirman), “Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum.” Dan Kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran, (QS. Shâd [38]: 41-43).  

Pada ayat lain, Al-Quran mengisahkan, Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya,

“(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah, (QS. al-Anbiyâ’ [21]: 83-84)

Saat itu pula berbagai penyakit yang meletak di tubuhnya hilang. Kehidupan dan kesembuhannya kembali kepadanya. Kesehatan dan keselamatannya datang seperti sedia kala. Kali ini Nabi Ayub ditemui istrinya dalam keadaan sehat walafiat. Seakan-akan beliau tak pernah sakit lama. Bahkan sang istri nyaris tidak mengenalinya. Ia benar-benar tidak menduga suaminya sehat dalam waktu yang begitu singkat. Tak terbayangkan bagaimana senang dan bahagianya perasaan sang istri saat mengetahui bahwa Allah mengembalikan nikmat dan kesembuhan kepada suaminya.

Selain mengembalikan kesembuhan kepada Ayub ‘alaihissalam, Allah juga mengembalikan kekayaannya yang pernah hilang, mengganti anak-anaknya, dan mengirimkan dua awan. Kedua awan itu kemudian turun kepada Ayub, yang satu menaungi gundukan gandum, yang satu lagi menaungi gundukan jewawut. Tiba-tiba, dari awan yang menutupi gundukan gandum keluarlah emas, sedangkan dari awan yang menutupi gundukan jewawut keluarlah perak.  

Dalam hadits riwayat al-Bukhari dan al-Nasa’i dari Abu Hurairah, konon pengganti kekayaan Nabi Ayub datang dari segerombolan belalang emas. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Tatkala Ayub mandi dalam keadaan telanjang, tiba-tiba datang segerombolan belalang dari emas. Dia lalu mengumpulkannya dalam pakaian. Terdengar Allah menyeru kepadanya, ‘Wahai Ayub, bukankah Aku telah mencukupkanmu dari apa yang engkau lihat?’ Ayub menjawab, ‘Benar, tetapi aku tidak pernah puas dari limpahan berkah-Mu.’” (Hr. Ahmad No. 243/2).  

Dari kisah di atas, dapat dipetik beberapa pelajaran, bahwa kisah ini menunjukkan keutamaan Nabi Ayub ‘alaihissalam, terutama dalam kesabarannya menghadapi ujian panjang berupa penyakit, harta, istri, anak, orang-orang terkasih. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, termasuk menyembuhkan penyakit, memberikan kekayaan, memberikan rezeki dari jalan yang tak terbayangkan pikiran manusia. Kesabaran selalu membuahkan kebaikan yang tak terkira, baik di dunia maupun di akhirat. Selalu ada kemudahan bagi hamba Allah yang bertakwa dan bersabar.

Menurut Sejarawan Islam salah satunya Imam Ibnu Jarir, Nabi Ayyub As meninggal pada usia 93 tahun, tapi ada juga yang mengatakan bahwa usia beliau lebih dari itu. (Sumber: Qashashul Anbiya karya Imam Ibnu Katsir, Cetakan Darul Hadits Kairo Mesir) (Penulis: Zulkarnain)

Bagikan :

Bagikan

Berita Lainnya