Kisah Keteladanan Ibrahim dan Ismail dalam Menaati Perintah Allah

(Rumah Amal Salman, Bandung) - Kesepakatan terjadi antara Nabi Ibrahim dan Ismail untuk melakukan penyembelihan sesuai yang Allah perintahkan. Beliau membawa putranya ke Mina untuk melaksanakan perintah kurban. Ketika sampai di lokasi, Nabi Ibrahim menyuruh putra kesayangannya untuk berbaring. 

Nabi Ibrahim sebenarnya sangat sedih. Ismail menyadari hal tersebut karena terlihat jelas dari raut muka beliau. Agar lebih memantapkan hati dan membuang kesedihan ayahnya, Nabi Ismail mengatakan kalimat-kalimat yang tegas. Ia meminta ayahnya untuk mengencangkan tali pengikat agar ketika disembelih, tubuhnya tidak banyak bergerak.

Nabi Ismail juga meminta ayahnya untuk menggulung pakaian agar darahnya nanti tidak mengotori dan menggerakkan pisau dengan cepat agar tidak terasa begitu sakit.

Nabi Ibrahim menyadari betapa ikhlas dan tabahnya seorang Ismail yang umurnya masih remaja pada saat itu. Dengan berlinang air mata, beliau memantapkan hati untuk menyembelih anak kesayangannya.

Sebelum mengambil pisau, Nabi Ibrahim terlebih dahulu mencium Ismail dengan penuh rasa kasih sayang. Kemudian, beliau menempelkan pisau tajam di leher Ismail. Pada saat itu, Allah menunjukkan kebesaran-Nya. Pisau yang tajam sama sekali tidak melukai leher Ismail. 

Padahal, pisau yang digunakan oleh Nabi Ibrahim sanggup membelah batu yang keras. Beliau terus mengulangi penyembelihan, namun tetap tidak ada bekas di leher Ismail. 

Lalu, Allah menurunkan firman-Nya yang termuat dalam Alquran surat As-Saffat ayat 104 – 108. Allah hanya bermaksud untuk menguji Nabi Ibrahim kemudian mengganti sembelihan dengan seekor kambing. 

Banyak ulama yang berpendapat bahwa kambing tersebut merupakan kurban yang dipersembahkan oleh Habil. Sembelihan dari Habil diangkat oleh Allah ke surga dan digembalakan di sana. Kemudian, diturunkan kembali untuk menggantikan Nabi Ismail. [Al] ***

Bagikan :

Bagikan

Berita Lainnya