(Rumah Amal Salman, Bandung) - Sahabat Amal, ujian itu biasanya datang dari sisi yang paling kita harapkan. Sedangkan perintah itu biasanya datang dari sisi yang paling kita hindari. Lantas azab datang dari sisi mana? apakah bisa juga dari sisi yang kita harapkan? atau dari sisi yang kita hindari?
Sesungguhnya bagi orang beriman hanya ada istilah ujian, sedang azab hanya untuk orang-orang yang mengingkarinya. Status beriman atau mengingkari biasanya datang karena suatu perintah.
"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar danpasti mengetahui orang-orang yang berdusta." (QS. Al Ankabut [29]: Ayat 2-3)
Kalimat "menguji" merupakan kalimat yang Allah perintahkan kepada hambanya, kemudian disampaikan oleh Rasul-Rasul-Nya kepada umatnya. Dari sana kemudia akan terbentuk 2 sikap, membenarkan perintah atau mengingkarinya.
Sungguh orang yang mengaku beriman namun tidak suka akan perintahNya, namun ia lantas membenarkan perintah hal tersebut bagian dari menghadapi ujian. Sedang, orang yang juga mengaku beriman, namun tidak suka akan perintahNya lantas ia mengingkarinya, hal tersebut merupakan bagian dari azab. Jika dipikir kembali, keduanya dalam kondisi beriman, tetapi kenapa bisa terjadi 2 kondisi?
"Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguhnya kami adalah besertamu”. Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia? Dan sesungguhnya Allah benar-benar mengetahui orang-orang yang beriman: dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang munafik. (QS. Al Ankabut [29]: ayat 10-11)
Tipis sekali sebenarnya antara yang kita harapkan dan yang kita hindari. Dan Allah sebenarnya tahu bagaimana kondisi hati kita. Oleh karena Allah tahu, bahwa kita insan yang memiliki potensi fujur (berdosa) dan takwa (berhati-hati), maka hal yang paling bisa dilakukan adalah dengan kembali kepada Allah dengan berdoa dan shalat di setiap waktu. Semoga hal tersebut bisa membuat kita terhindar dari murka Allah.
"Maka Dia (Allah) mengilhamkan kepadanya (manusia) kejahatan (fujur) dan ketakwaannya." (QS. Asy-Syams [91]: Ayat 8)
Setiap orang beriman memiliki ujian masing-masing, sebab insan mendapatkan ujiannya sesuai kedudukannya.
"Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (QS. Ali Imran [3]: 163)
Jika kita melihat ujian menimpa orang lain, janganlah kita merasa sombong. Begitupun ketika ujiannya menimpa kita, janganlah kita merasa sombong.
Rasulullah SAW bersabda:
Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. (*)