Harta dan Eksistensinya dalam Kehidupan

(Rumah Amal Salman, Bandung) - Sahabat Amal, tentunya sudah banyak kajian termasuk jurnal-jurnal ilmiah yang menuliskan mengenai eksistensi harta dalam kehidupan. Dalam percakapan sehari-hari pun seseorang bisa dengan fasih berbicara mengenai pengaruh harta dalam kehidupanya. Saking banyaknya, definisi harta menjadi cukup relatif dan bersifat subjektif sebab tergantung pada bagaimana seseorang tersebut dapat mempersepsikan harta itu sendiri.

Dalam hal ini, sebagian orang cukup menyepakati bahwa harta adalah kekayaan seseorang dalam bentuk uang. Harta dalam sudut pandang uang menjadi bahasan yang sangat sensitif sebab ini berpengaruh terhadap status juga kebanggaan seseorang dalam mencapainya. Seseorang rela menghitung-hitung harta meski hanya bertambah satu rupiah. Karena harta, orang kaya bisa merendahkan orang miskin. Karena harta, seorang miskin menjadi gelap mata dan berani mencuri. Karena harta, sebagian besar orang enggan meninggalkan dunia dan takut mati. Karena harta, seseorang bisa tergelincir ke dalam neraka. Karena harta, seseorang bisa paling akhir masuk surga.

Lantas, bagaimana seharusnya seseorang memandang harta dalam kehidupannya? Apakah seseorang yang bekerja keras, mati-matian mencari nafkah untuk menghidupi diri dan keluarganya bisa dikatakan gila harta? Atau lebih ekstrim lagi, apakah ketika zaman dahulu Rasulullah dan para sahabat berdagang ke sana kemari, mereka juga bisa dikatakan gila harta? Tentu tidak sesempit itu analisisnya kawan.

Dalam persepsi Islam, harta memiliki kedudukan yang signifikan sebab diperlukan untuk operasional keberjalan pemerintahan Islam. Bagaimana dengan adanya harta ini, seorang miskin bisa terjamin kehidupannya sehingga minimalnya tidak kelaparan, dan seorang kaya bisa terselamatkan kehidupannya sebab tidak hanya memperkaya diri tapi juga mampu memperhatikan kebutuhan di sekitarnya.

Adapun para ulama berpendapat bahwa harta merupakan sesuatu yang dapat diambil, disimpan dan dimanfaatkan. Nah, apakah harta yang kita miliki saat ini sudah memiliki, setidaknya 3 (tiga) aspek tersebut?

Dalam pedoman hidup kita, Allah banyak berfirman, betapa harta menjadi indikator pertama keimanan seseorang dalam menjalankan keislamannya. Salah satu redaksi yang sering kita pelajari dalam al-quran, “Berjihadlah di jalan Allah dengan harta dan jiwa…”.

Bahkan redaksi lainnya, Allah tidak segan melabeli seseorang yang berat mengeluarkan harta dengan sebutan, fasik, munafik, mujrimin, zalim yang semuanya itu berujung pada kekafiran (menolak). Wallahu a’lam bish-shawabi. ***

Bagikan :

Bagikan

Berita Lainnya