(Rumah Amal Salman, Bandung) - Perkenalkan, saya Fauzan, belum lama ini bekerja di Rumah Amal Salman di bagian kemanusiaan. Salah satu pekerjaan yang saya lakukan di bagian kemanusiaan yakni membawa Ambulance. Mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, apalagi bagi anak muda yang sudah menyandang gelar sarjana. Entah gengsi atau mengatasnamakan harga diri yang menurutnya tidak sepatutnya menekuni bidang pekerjaan seperti itu. Ada pula yang menganggap kerjaan tersebut menakutkan bagi sebagian orang karena cerita mistisnya ketika membawa Ambulance.
Bagi Saya, membawa Ambulance merupakan profesi yang tidak terpikirkan sebelumnya, namun ini sudah merupakan garis takdir dari-Nya, sebuah garis skenario yang mungkin menurut sebagian manusia biasa merupakan garis yang sulit bagi kita untuk menjangkaunya dikarenakan kemampuan kita yang terbatas.
Jauh sebelum itu, cita-cita saya adalah menjadi seorang pengusaha. Mungkin banyak yang tidak tahu jika saya adalah lulusan Ilmu Komunikasi di salah satu Universitas negeri ternama, tentu saya berpikir untuk menggeluti profesi yang sudah seharusnya selaras dengan disiplin ilmu yang telah saya jalani. Namun garis takdir berkata lain.
Entah ada maksud apa, pada tahun ini saya harus menjalani pekerjaan yang indah menurut garis takdir dari-Nya. Awal mulanya saya ikuti saja, itung-itung sebagai batu loncatan bagi diri saya menghadapi dunia pekerjaan untuk ke depannya. Akan tetapi, beberapa bulan setelah menjalani banyak tugas di bagian kemanusiaan, saya mulai mengerti maksud Allah menempatkan saya pada tugas mulia ini.
Pengalaman saya memang belum banyak, tetapi izinkan saya bercerita satu pengalaman sebagaimana yang akan saya runutkan di bawah ini.
Pagi itu, sekitar pukul 8, seorang lelaki menghubungi bagian Kemanusiaan Rumah Amal Salman. Ia menuturkan jika ada seorang warga di daerah Tamansari yang memerlukan bantuan untuk diantarkan ke rumah sakit untuk dioperasi segera akibat penyakit tumor yang semakin mengganas. Segera salah seorang dari tim kami bergegas menuju lokasi pasien tersebut.
Lokasi tujuan tidak jauh dari kantor kami di Masjid Salman, tim kami menuturkan jika lokasi rumah pasien tersebut. Medannya cukup menantang karena memasuki area gang yang cukup sempit dan menanjak. Beberapa warga sudah menunggu untuk mengarahkan tim kami ke rumah pasien tersebut dengan membantu membawa brankar yang telah disiapkan.
Terlihatlah seorang ibu yang usianya sekitar 65 tahun, hanya mengenakan daster dan terbaring tak berdaya. Hal yang sangat memprihatinkan manakala Ibu tersebut memiliki sebuah benjolan yang cukup besar di bagian bawah perutnya, Dilihat dari tatapannya, nampak sebuah kesakitan yang dideritanya, namun Ia hanya bisa pasrah. Beberapa warga mulai membopong tubuhnya untuk kemudian diantarkan ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung ditemani dua orang anak dari Ibu tersebut.
Setibanya di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, parkiran sangat ramai, ambulan kami mengalami sedikit kesulitan karena kemacetan yang mengulur di sepanjang parkiran rumah sakit menuju pelataran IGD. namun tidak seberapa parah berkat kecekatan tim kami dalam membelah jalanan.
Setibanya di pelataran IGD, Pasien tsb. harus melewati beberapa tahapan administrasi dari pihak RS. Sembari menunggu, tim kami sempat bertanya pada Ibu tersebut "Bu, mau pakai AC atau dibuka jendelanya ? bisi kedinginan", Ibu tersebut menjawab "dibuka aja jendelanya jang" dengan nada parau. Tidak beberapa lama kemudian Ibu tersebut diperbolehkan memasuki area IGD untuk diperiksa lebih lanjut.
Setelah itu, mobil ambulans meninggalkan pelataran IGD dan mencari parkiran namun susah sekali, terlihat belasan ambulan berjejer jua mengantre untuk merujuk pasien2 dari luar kota Bandung.
Tim kami masih menunggu di area parkir sembari makan, selang setengah jam kemudian, seorang lelaki mengirim pesan singkat kepada tim kami melalui whatsapp yang isinya "a, nanti ambil ibu di ruang jenazah". Sontak kaget bahwasanya begitu cepatnya Ibu tersebut dipanggil ke hadapan yang maha kuasa. padahal baru setengah jam lalu Ibu tersebut bercakap dengan tim kami walau isinya hanya menawarkan mau pakai AC atau udara biasa. lekas tim kami langsung menjemput jasad Ibu tersebut di bagian jenazah RSHS. ditemani kedua orang anaknya yang terlihat tidak menyangka akan kepergian sosok yang melahirkannya.
Mobil ambulan langsung membawa jasad malang tersebut kembali bergerak ke rumah duka, terlihat banyak warga sudah berkumpul dan antusias ingin menyambut jasad Almarhumah Ibu tersebut.
Tidak hanya sampai disitu, sekitar pukul 2 siang, Setelah selesai diurus, tim kami mengantarkan jasad Almh. ke TPU Sirnaraga di Jl. Padjadjaran. Cuaca terlihat nampak mendung sore itu, namun belum menurunkan tabir hujannya, seakan ikut berduka melepas kepergian Ibu yang malang tsb. Kematian tidak ada yang tahu kapan tibanya.
Selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Adapun hikmah personal yang dirasakan oleh supir ambulance Rumah Amal Salman, katanya ada dua hal. Pertama, ia merasa beruntung sebab masih diberikan kenikmatan berupa kesehatan. Kedua, ia merasa beruntung sebab masih diberikan kesempatan hidup untuk beramal, dengan menjadi supir ambulance, menggotong setiap keranda ke tempat perintirahatan terakhir. ***
Editor: Marchiana Aulya