(Rumah Amal Salman, Bandung) – Sahabat Amal, suasana Minggu pagi di Dusun Pringgading, Kecamatan Pajangan, Bantul, tidak seperti biasanya. Puluhan relawan berbaju biru tampak sibuk membersihkan kandang ayam, menyiangi rumput, dan merakit galon air mineral bekas menjadi pot tanam. Inilah cara unik Rumah Amal Yogyakarta menyambut bulan Syawal sekaligus memulai kembali gerakan pemberdayaan desa setelah libur panjang Idulfitri.
Pada Minggu, 13 April 2025, Rumah Amal Yogyakarta menggelar kerja bakti di Basecamp Pemberdayaan Srawung Bumi. Kegiatan ini bukan sekadar aksi bersih-bersih, melainkan bagian dari pemanasan tim relawan sebelum kembali terjun ke lapangan dalam program-program pemberdayaan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
“Ini momen untuk menyambung silaturahmi sekaligus konsolidasi. Kami evaluasi program yang sudah berjalan dan menyelaraskan kembali peran relawan, tenaga pemberdayaan, serta mustahik sebagai penerima manfaat,” jelas Aroda Fitrah, Kepala Program Pemberdayaan Rumah Amal Wilayah Yogyakarta.
Mengangkat Potensi Desa, Mengatasi Krisis Lingkungan
Latar belakang lahirnya program pemberdayaan ini tidak lepas dari realitas desa yang kaya potensi, namun belum tergarap optimal. Banyak warga memiliki lahan, tetapi belum dimanfaatkan sebagai sumber penghidupan. Sementara itu, para pemuda lebih memilih merantau ke kota, meninggalkan peluang lokal yang belum tersentuh.
Di sisi lain, Yogyakarta tengah menghadapi krisis lingkungan serius akibat penutupan TPA Piyungan. Pengelolaan sampah menjadi tantangan besar, terutama di wilayah pinggiran kota seperti Guwosari, tempat program ini dijalankan.
Melalui pendekatan yang terintegrasi dan berbasis komunitas, Rumah Amal Yogyakarta menghadirkan lima program utama pemberdayaan desa yang menyasar berbagai kelompok masyarakat:
1. Mina Muda
Kelompok budidaya lele yang digerakkan oleh pemuda di Wonotingal, Poncosari. Program ini menjadi media belajar kewirausahaan bagi anak muda desa sekaligus sumber protein murah bagi masyarakat.
2. Mina Rasa
Unit usaha pengolahan hasil perikanan seperti abon lele, nugget, dan lele siap goreng. Dikelola oleh kelompok ibu-ibu rumah tangga, Mina Rasa tidak hanya membuka lapangan kerja tapi juga meningkatkan nilai tambah produk lokal. Hingga saat ini bahkan omset sudah meraup puluhan juta.
3. Bank Sampah Srawung Bumi
Mengajarkan manajemen sampah rumah tangga dan melayani nasabah dari berbagai latar belakang, termasuk lansia dan difabel. Bank sampah ini menjadi penggerak perubahan gaya hidup bersih dan sehat di Guwosari.
4. Agro Edukasi Srawung Bumi
Berbasis di basecamp Pringgading, program ini menjadi laboratorium pemberdayaan. Ada peternakan ayam KUB, kebun pangan keluarga, hingga pengelolaan sampah organik menggunakan maggot Black Soldier Fly (BSF). Tempat ini juga terbuka untuk pelatihan dan studi banding dari komunitas lain tentang bagaimana bisa membentuk kemandirian pangan keluarga.
5. Ketahanan Pangan Keluarga
Program lanjutan dari Agro Edukasi yang diaplikasikan langsung ke rumah-rumah warga binaan. Tujuannya, setiap keluarga mampu memproduksi pangan mandiri dari halaman rumahnya sendiri.
“Dengan pendekatan ini, kami ingin menciptakan desa yang tidak hanya mandiri secara ekonomi, tapi juga tangguh secara sosial dan sadar lingkungan,” ujar Aroda.
Berbagai kegiatan yang dikelola oleh Rumah Amal Yogyakarta menjadi cermin dari semangat kolektif membangun desa dari bawah. Seperti narasi di awal, bagaimana masyarakat mengubah galon bekas menjadi pot tanaman, hingga kandang ayam yang dibersihkan bersama, semua menjadi simbol bahwa perubahan besar bisa dimulai dari hal-hal kecil.
Bagi Rumah Amal Yogyakarta, pemberdayaan bukan sekadar jargon. Ia adalah kerja nyata yang tumbuh dari tanah desa, digerakkan oleh tangan relawan, dan ditumbuhkan oleh semangat kolaborasi.
"Rumah Amal Yogya tidak sedang memberi bantuan ekonomi atau sejenisnya, tetapi kami sedang menumbuhkan sumber daya," tutup Aroda penuh keyakinan.
Untuk donasi program pemberdayaan KLIK DISINI!
