Bulan Muharram: Kesempatan untuk Beramal Sholih

By Marchiana

07/07/2024

(Rumah Amal Salman, Bandung) – Sahabat Amal, bulan Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Hijriyah dan merupakan salah satu bulan yang mulia dalam Islam. Sebagian kalangan menyebutnya bulan Suro dan sering mengaitkannya dengan hal-hal seram dan sial, sehingga banyak yang menghindari mengadakan hajatan pada bulan ini. Namun, pandangan Islam berbeda. Justru bulan Muharram memberikan banyak kesempatan bagi umat Muslim untuk beramal sholih, terutama melalui ibadah puasa, khususnya pada hari Asyura (10 Muharram).

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam sangat mendorong umatnya untuk berpuasa pada bulan Muharram. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda:

"Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam." (HR. Muslim no. 1163, dari Abu Hurairah).

Imam Nawawi –rahimahullah– menjelaskan bahwa hadits ini menegaskan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa setelah Ramadhan adalah bulan Muharram (Syarh Shahih Muslim, 8: 55).

Hadits lainnya menyebutkan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah. Beliau menjawab, "Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang." Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura. Beliau menjawab, "Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim no. 1162).

Untuk membedakan diri dari praktik kaum Yahudi, kita dianjurkan untuk berpuasa pada hari sebelum Asyura, yaitu hari kesembilan (tasu’a). Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma mengisahkan bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa pada hari ’Asyura dan memerintahkan kaum Muslimin untuk melakukannya, ada yang berkata, "Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani." Maka beliau berkata, "Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan." Namun, belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah wafat (HR. Muslim no. 1134).

Imam Asy Syafi’i dan ulama Syafi’iyyah, Imam Ahmad, Ishaq, dan lainnya mengatakan bahwa dianjurkan berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus; karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat untuk berpuasa juga pada hari kesembilan (Syarh Muslim, 8: 12-13).

Ibnu Rajab mengatakan bahwa di antara ulama yang menganjurkan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram sekaligus adalah Imam Asy Syafi’i, Imam Ahmad, dan Ishaq. Sedangkan Imam Abu Hanifah menganggap makruh jika seseorang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja (Lathoif Al Ma’arif, hal. 99).

Tingkatan Puasa di Bulan Muharram

Menurut Syaikh Ibrahim Ar Ruhaili, ada dua tingkatan dalam berpuasa ‘Asyura:

  1. Tingkatan yang lebih sempurna: Berpuasa pada 9 dan 10 Muharram sekaligus.
  2. Tingkatan di bawahnya: Berpuasa pada 10 Muharram saja (Tajridul Ittiba’, hal. 128).

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz, mufti Kerajaan Saudi Arabia di masa silam, berkata: "Yang lebih afdhol adalah berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh dari bulan Muharram karena mengingat hadits (Ibnu ‘Abbas), 'Apabila aku masih diberi kehidupan tahun depan, aku akan berpuasa pada hari kesembilan.' Jika ada yang berpuasa pada hari kesepuluh dan kesebelas atau berpuasa tiga hari sekaligus (9, 10, dan 11) maka itu semua baik. Semua ini dengan maksud untuk menyelisihi Yahudi." (Fatwa Syaikh Ibnu Baz).

Semoga Allah memudahkan kita untuk terus beramal sholih di bulan Muharram ini. Aamiin. ***

Bagikan :

Bagikan

Berita Lainnya