Berterima Kasih Pada Luka

By Fatiha Agyal Shahwiya

25/06/2020

(Bandung, Rumah Amal Salman) - Seorang ulama dari Saudi Arabia membuat sebuah tulisan bertajuk “Syukran Ayyuhal A’daa”, atau dalam Bahasa Indonesia, “Terima Kasih, Wahai Musuh”. Dalam tulisan itu, ia berkisah bagaimana musuh-musuhnya, orang-orang yang menyakitinya, telah memberinya sesuatu yang tak ternilai, berupa kekuatan dan kesempatan baginya untuk menjadi manusia yang lebih baik. Dan ia berterima kasih untuk itu.

Sebagian tulisan indah itu berbunyi,

“Terima kasih wahai musuh.. kalianlah yang melatih kami untuk mampu lebih bersabar dan lebih kuasa menanggung beban. Kalianlah yang membantu kami untuk lebih bisa menghadapi keburukan dengan kebaikan… Terima kasih wahai musuh, kalianlah yang telah menjadikanku lebih memikirkan kekurangan yang selama ini justru sulit teraba. Terima kasih wahai musuh, dengan ungkapan yang tegas, jelas, bahkan mungkin kasar, kalian bisa langsung mengarahkan nasehat yang sangat mengena di dalam hati sehingga aku bisa lebih berhati-hati melakukan apapun.”

Nyatanya, ada banyak hikmah yang terselip di antara kalimat-kalimat pedas yang menyakitkan. Ada pelajaran yang dapat diambil dari luka yang ditimbulkan seseorang pada kita. Kita hanya perlu berlapang dada, sebagaimana Rasulullah yang memaafkan semua musuhnya pada hari pembebasan Kota Makkah, sebagaimana Nabi Yusuf yang memaafkan saudara-saudaranya atas apa yang mereka perbuat. 

Berterima kasih kepada mereka yang melakukan kebaikan kepada kita adalah kewajaran. Berterima kasih kepada mereka yang menyakiti kita adalah kemuliaan. *** 

[Fatiha Agyal Shahwiya]

Bagikan :

Bagikan

Berita Lainnya