(Rumah Amal Salman, Bandung) - Sahabat Amal, suatu hari Heraklius mendapat surat dari Rasulullah SAW yang isinya tentang mengajak masuk Islam. Kebetulan rombongan dagang Quraisy saat itu sedang ada di Yerusalem, dan di tengah-tengah mereka ada Abu Sufyan. Dipanggillah Abu Sufyan oleh Heraklius. Singkatnya, terjadi dialog seperti ini antara mereka berdua.
Heraklius: Bagaimana kedudukan nasabnya di tengah-tengah kalian?
Abu Sufyan: Dia adalah dari keturunan baik-baik (bangsawan).Heraklius: Apakah ada orang lain yang mengatakannya (apa yang dibawa Rasulullah) sebelum dia?
Abu Sufyan: Tidak ada.Heraklius: Apakah bapaknya seorang raja?
Abu Sufyan: Bukan.Heraklius: Apakah yang mengikuti dia orang-orang terpandang?
Abu Sufyan: Bahkan yang mengikuti dia adalah orang-orang yang rendah.Heraklius: Apakah ada yang murtad disebabkan dongkol terhadap agamanya?
Abu Sufyan: Tidak ada.Heraklius: Apakah kalian pernah mendapatkannya berdusta sebelum dia menyampaikan apa yang dia katakannya itu?
Abu Sufyan: Tidak pernah.Heraklius: Apakah dia pernah berlaku curang?
Abu Sufyan: Ketika kami bergaul dengannya, dia tidak pernah melakukan itu.
Setelah dialog ini, sebetulnya Heraklius sudah ingin masuk Islam, tetapi saat dia sampaikan hal itu kepada para pejabatnya, mereka menolak. Lalu Heraklius berkata, “Sesungguhnya saya hanya ingin melihat keteguhan hati kalian.”
… jadi akhirnya Heraklius masuk Islam atau engga ya?
Dari kisah tersebut, kita bisa mengambil pelajaran bahwa Abu Sufyan yang ketika itu masih menjadi musuh Rasulullah memilih untuk bersikap jujur meski orang tersebut bersebrangan prinsip dengannya. Saking luar biasa akhlak Rasulullah, yang memusuhi beliau pun mengaku akan keluhuran budi pekertinya. ***
Sumber:
Khilafah Remake by Felix Siauw, cetakan kedua 2015