Anies Baswedan Hadir di Masjid Salman, Paparkan Ilmu dan Pikiran Kritis sebagai Alat Penjaga Demokrasi

By Nurfitri Ramadhani

08/03/2025

(Rumah Amal Salman, Bandung) – Sahabat Amal, pada Sabtu, 8 Maret 2025, Masjid Salman ITB menggelar ceramah dan dialog bersama setelah salat tarawih bersama Gubernur DKI Jakarta Periode 2017–2022, Anies Rasyid Baswedan.

Pada kesempatan ini, Anies berkesempatan untuk membahas demokrasi. Dalam ceramahnya, ia menggarisbawahi model demokrasi pada zaman Rasulullah saw. dan para sahabat di Madinah. Menurutnya, tata kelola negara yang fokus pada musyawarah merupakan ciri negara yang demokratis. 

“Bagi umat Islam, menjalankan demokrasi bukanlah hal yang baru. Umat Islam justru yang pertama kali mempraktikkan dan menunjukkan kepada dunia bahwa demokrasi dapat dijalankan dan berdampak pada kesejahteraan,” jelas Anies. 

Selain musyawarah, Anies menekankan bahwa yang penting dari negara demokratis adalah masyarakat yang terdidik, tercerahkan, dan peduli, sebab demokrasi bukan sekadar sistem pemerintahan, tetapi ekosistem di mana negara dikelola oleh semua. Apabila suatu masyarakat apatis, terjebak dalam fanatisme, dan enggan berpikir kritis, maka demokrasi akan layu. 

Terkait dengan pikiran kritis dan kepedulian, Anies mengatakan bahwa hal tersebut merupakan hal yang penting dalam keberlangsungan demokrasi. “Demokrasi sering hancur dari kerusakan ketika kita semua tidak peduli pada kebebasan dan keadilan,” tuturnya.

Anies menggarisbawahi peran pemuda dan kampus dalam menjaga demokrasi Indonesia. Di samping pemikiran kritis, Anies menyatakan bahwa harus ada ruang untuk mewadahi pemikiran tersebut. Menurut ia, peran pemuda adalah untuk menjaga optimisme berdemokrasi, sebab optimisme adalah akar kekuatan bangsa Indonesia. Sementara itu, kampus harus menjadi ruang yang menyediakan budaya diskusi, di mana perbedaan gagasan dibicarakan. 

“Kampus-kampus harus menjadi tempat perbedaan gagasan itu didengarkan,” tegas Anies. 

Dimoderatori oleh Prof. Syarif Hidayat, sesi Dialog Bersama mencakup visi-misi Anies tentang perkembangan teknologi di masa depan, upaya dalam mempertahankan dan menjaga optimisme, dan upaya mempertahankan idealisme ketika terlibat dalam sistem. 

Terkait dengan perkembangan teknologi, dalam dokumen Statement Mission Indonesia, Anies menyebutkan bahwa teknologi disebutkan sebanyak 38 kali sebagai tiga hal: enabler, accelerator, dan equalizer. Itu berarti teknologi harus menyetarakan, tidak meninggalkan seorang pun di belakang. 

Untuk menjaga optimisme, Anies menuturkan bahwa penting bagi sistem untuk memiliki manusia yang kompeten. Kompetensi artinya berintegritas atau sejalan dengan kebenaran umum, memiliki kedekatan dengan masyarakat, dan menghadirkan sistem berlandaskan meritokrasi. 

Dalam mempertahankan idealisme, Anies menjelaskan mengenai empat prinsip dalam kuadran nilai yang ia miliki. Tatkala dilanda dilema, ia selalu menempatkan keadaan pada kuadran nilai sebelum mempertimbangkan keputusan.

“X itu benar atau salah. Y itu baik atau tidak baik. Yang tidak perlu dipertanyakan adalah kuadran satu: yang menguntungkan (baik) secara nilai dan benar (secara aturan). Yang tidak perlu dipertimbangkan adalah kuadran empat: yang tidak baik dan juga tidak benar. Yang menjadi dilema dilema adalah ketika ada yang benar tapi tidak baik, atau yang baik tapi tidak benar. Ketika menjadi bagian dari sistem, kita harus berani mengambil keputusan dan konsekuensinya,” jelas ia. 

Sebagai penutup, Anies kembali menegaskan optimisme dalam berdemokrasi. Ia mencontohkan presiden pertama Indonesia, Soekarno, sebagai model sikap optimis. Anies menggarisbawahi peran setiap individu dalam upaya membawa Indonesia ke arah yang lebih baik, sebab perkembangan tersebut akan terjadi bila setiap individu melakukan peran mereka masing-masing dengan baik. (Ed: Nurfitri, Natasya, Marchiana). ***

Untuk program ramadhan silakan KLIK DISINI!

Bagikan :

Bagikan

Berita Lainnya