3 Hikmah Perintah Penyembelihan Ismail oleh Ibrahim

(Rumah Amal Salman, Bandung) - Sahabat Amal, diantara hikmah yang dapat dipetik dari Perintah Allah kepada Nabi Ibrahim as untuk menyembelih Nabi Ismail as, diantaranya: 

1. Kecintaan kepada Allah Harus Melebihi Ego Duniawi 

Dari pengorbanan Nabi Ibrahim yang bersedia menyembelih Ismail, umat Islam belajar bahwa ego duniawi sama sekali tidak boleh mengungguli kecintaan kepada Allah. Dalam kisah tersebut, ego duniawi yang dimiliki Nabi Ibrahim yakni kecintaan terhadap anaknya yang sangat berbakti. 

Sebagai seorang ayah, hal yang sangat wajar apabila beliau tidak mau kehilangan putra yang begitu soleh dan berakhlak baik. Jika kecintaan Nabi Ibrahim kepada Allah dikalahkah oleh ego duniawinya, maka kemungkinan beliau akan memohon agar perintah tersebut dibatalkan. 

Namun, Nabi Ibrahim menunjukkan keteladanan yang luar biasa. Beliau sangat memahami bahwa tidak ada yang lebih agung dibandingkan perintah langsung dari Allah dan tidak ada yang kenikmatan yang lebih baik dibandingkan kesempatan untuk mematuhi kewajiban dari Allah. 

2. Tingkat Keikhlasan yang Luar Biasa

Selanjutnya, hikmah qurban Nabi Ibrahim yaitu keikhlasan yang tingkatnya begitu tinggi sehingga tidak ragu sedikitpun untuk mematuhi perintah Allah. Nabi Ibrahim dan Ismail menunjukkan sesuatu yang bahkan melampaui maqom ikhlas. 

Nabi Ibrahim rela mengorbankan anak yang dikasihinya untuk dipersembahkan kepada Allah. Begitu pun dengan Nabi Ismail yang rela disembelih untuk menaati perintah Allah, padahal ia masih berusia muda dan punya masa depan yang masih panjang. 

Ismail sangat pasrah walaupun nyawa akan menjadi taruhan demi menjalankan perintah Allah. Ia berserah diri, memantapkan hati dan percaya kepada ayahnya untuk melakukan penyembelihan dengan tenang. 

3. Orang Tua yang Menjadi Role Model bagi Anak

Bagi para orang tua, kisah Nabi Ibrahim dan Ismail dapat dijadikan pelajaran untuk berusaha menjadi role model yang baik bagi anak-anak.

Selama hidup, Nabi Ibrahim merupakan sosok orang tua yang tidak pernah berbohong, dapat diandalkan, amanah dan penuh kasih sayang.

Beliau sama sekali tidak pernah mengecewakan anaknya dan selalu mendidik dengan benar, sesuai ajaran Islam. Alhasil, Ismail sangat mengidolakan ayahnya dan percaya penuh kepada Nabi Ibrahim. 

Kisah tersebut menjadi dasar disyariatkannya ibadah kurban berupa kambing, sapi, domba, unta atau kerbau setiap tanggal 10 dzulhijjah.

Qurban juga sebagai tanda ketaatan kita kepada perintah Allah bahwa harta yang kita miliki itu datangnya dari Allah dan harus dikembalikan dalam bentuk ketaatan kepada Allah juga. [AI] ***

Bagikan :

Bagikan

Berita Lainnya